Filosofi Rumah Honai
Bentuk bulat dan melingkar dari rumah honai memiliki filosofi yang dipegang teguh oleh masyarakat Dani, yang mencerminkan nilai-nilai yang diturunkan dari generasi ke generaso oleh nenek moyang mereka, yaitu sebagai berikut :
- Kesatuan dan persatuan yang paling tinggi untuk mempertahankan dan mewariskan budaya suku, harkat, martabat yang telah dipertahankan oleh nenek moyang dari duli hingga saat ini.
-Bermakna sehati, sepikir dan satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Rumah honai adalah rumah adat dari daerah Papua yaitu suku Dani. Material yang digunakan dalam rumah adat ini sangatlah sederhana, yaitu atap yang terbuat dari Ijuk atau ilalang, dinding yang terbuat dari papan kayu kasar, serta Lantai yang hanya terbuat dari rumput atau jerami.
Atap Rumah Honai
Rumah adat Honai memakai atap ilalang bukan serta merta sebagai penutup atap melainkan juga mempunyai makna, Meski terlihat lemah, Ilalang juga bisa sangat tajam. Ini adalah gambaran kekritisan dan akarnya yang dalam serta kuat menghujam bumi adalah gambaran atas keyakinan hidup yang tidak pernah mati, Sehingga dari sudut pandang ini, Ilalang bermakna mandiri, kuat, kritis dan dinamis.
Tiang Rumah Honai
Tiang rumah honai ini terbuat dari kayu Besi. Tiang adalah sesuatu yang penting dalam sebuah rumah tradisional, tanpa tiang rumahpun juga akan roboh, tiang juga diibaratkan seperti kaki pada manusia
Dinding Rumah Honai
Pada rumah honai dinding terbuat dari bahan papan kayu kasar yang ditata melingkar sedemikian rupa sehingga melingkar, yang menggambarkan,
Kesatuan dan persatuan yang paling tinggi untuk mempertahankan dan mewariskan budaya suku, harkat, martabat dan Bermakna sehati, sepikir dan satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Lantai Rumah Honai
Lantai Honai terdiri dari dua lantai, yaitu lantai satu digunakan oleh suku Dani sebagai tempat bersantai dan mengobrol d sekeliling perapian, serta lantai panggung yg digunakan mereka sebagai tempat menyimpan barang berharga dan istirahat atau tidur. Lantai rumah honai ini hanya beralaskan rumput atau jerami yang menggambarkan kesederhanaan,kemudian ketidakadaannya kursi didalamnya membuat para masyarakat Dani mempersilahkan tamunya untuk duduk dibawah yang beralaskan jerami. hal ini menggambarkan kebersamaan masyarakat Dani.
2. Rumah Betang - Rumah adat dari Kalimantan
Keunikan rumah Betang
Betang memiliki keunikan tersendiri dapat diamati dari bentuknya yang memanjang serta terdapat hanya terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalam Betang. Tangga sebagai alat penghubung pada Betang dinamakan hejot. Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuni Betang, seperti menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang melanda Betang. Hampir semua Betang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan.
Bentuk Bangunan:
Bentuk bangunan panjang dan hanya beberapa unit saja dalam satu kampung. Biasanya tidak lebih dari 5 unit. Satu unit bisa digunakan oleh 5-10 anggota keluarga. Bahkan ada yang digunakan secara komunal oleh lebih dari 30 anggota keluarga. Bentuk rumah berkolong tinggi, dengan ketinggian sampai dengan 4 meter dari permukaan tanah. Badan rumah (dinding) terkadang berarsitektur jengki dengan atap pelana memanjang.
Tata Ruang :
Ruang-ruang yang ada dalam Rumah Betang biasanya terdiri dari sado', padongk, bilik, dan dapur.
1. Sado' (dalam bahasa Dayak Simpangk) adalah pelantaran tingkat bawah yang biasanya merupakan jalur lalu lalang penghuni rumah Betang. Sado' juga biasanya digunakan sebagai tempat untuk melakukan aktivitas umum seperti menganyam, menumbuk padi, berdiskusi adat secara massal, dan lain sebagainya.
2. Padongk dapat diterjemahkan sebagai ruang keluarga, letaknya lebih dalam dan lebih tinggi dari pada sado'. Ruangan ini biasanya tidak luas, mungkin berkisar antara 4x6m saja. Padongk lebih umum dimanfaatkan oleh pemilik Rumah Betang sebagai ruang kumpul keluarga, ngobrol, makan minum, menerima tamu dan aktivitas yang lebih personal.
3. Bilik adalah ruang tidur. Bilik tentu saja digunakan untuk tidur. zaman dahulu, satu bilik bisa dipakai oleh 3-5 anggota keluarga. mereka tidur dalam satu ruangan dan hanya dibatasi oleh kelambu. Kelambu utama untuk ayah dan ibu, kelambu kedua dan ketiga untuk anak-anak. tentu kelambu anak laki-laki dan perempuan akan dipisahkan.
4. Ruang yang terakhir didalam Rumah Betang adalah Dapur. Ruang ini terbuka dan memiliki view yang langsung berhadapan dengan ruang padongk. Umumnya dapur hanya berukuran 1x2m dan hanya untuk menempatkan tungku perapian untuk memasak. Di atas perapian biasanya ada tempara untuk menyimpan persediaan kayu bakar. Dapur di rumah Betang amat sederhana dan hanya berfungsi untuk kegiatan masak memasak saja.
Ukiran rumah adat suku daya
Warga Dayak belajar berbagai seni ukir dan patung. Masyarakat Dayak memiliki kekayaan seni ukir yang dekat dengan alam, seperti tumbuhan dan satwa, serta berbagai simbol kepercayaan mereka. Itu terlihat mulai dari arsitek bangunan rumah, peralatan rumah tangga, sampai perangkat kesenian.
Nilai Estetika dan Etika
selain pada tampilan dari luar, juga pada ukiran-ukiran yang ada pada setiap bangunan. Ukiran-ukiran ini diletakkan pada tempat-tempat yang dilihat seperti pada bubungan rumah, depan rumah, di atas jendela, di daun pintu, di ruang tamu dan lain-lain. Selain itu, nilai estetika juga dapat dengan mudah dilihat pada sapundu dan sandung yang biasanya terdapat di halaman depan rumah.
dilihat dari bahan-bahan tertentu yang digunakan dalam membuat bangunan. Untuk membangun tiang, sedapat-dapatnya dicari pohon kayu ulin yang telah berumur tua. Hal ini melambangkan kekuatan dan kesehatan sehingga diharapkan bangunan dapat bertahan lama dan jika sudah ditempati, penghuninya diharapkan senantiasa mendapat kesehatan baik. Ukiran pada bangunan umumnya melambangkan penguasa bumi, penguasa dunia atas dan dunia bawah, yang dilambang dengan ukiran burung tingang dan ukiran naga.
Melalui pintu belakang ruangan Pedalon sebuah rumah limas akan ditemukan bangunan belakang (Buri) yang disebut ruang makan (Garang). Garang ini juga berfungsi sebagai pawon atau dapur. Pada umumnya panjang dapur tersebut samadengan lebar rumah, lantainya lebih rendah sekitar 30-40 cm. Satu hal yang tidak ditemukan adalah kamar mandi, karena pada masa lalu masyarakat umumnyamemanfaatkan sungai sebagai sarana tersebut.Pada serambi belakang rumah limas melewati pintu garang, terdapat sebuah jembatan yang berfungsi sebagai penghubung antara rumah limas yang satu ke rumah limas yanglain. Jembatan ini terdapat atap dan railing di sisi kanan dan kiri. Jembatan ini dinamakan doorloop.
Dibuat oleh : Lyonni