HERE I
AM
Aku kembali bertemu dengannya setelah perpisahan yang cukup membuatku
terkejut setahun yang lalu. Ia cukup nyata didepan mataku saat ini. Melangkah
memasuki rumahku bersama dengan dua wanita lainnya, yang mana satu wanita
tampak sudah menginjak umur 60-an sedangkan yang satunya terlihat seumuran
dengannya. Manik mataku bertemu dengan manik matanya tepat didepan pintu aku
menyambutnya. Seketika senyumku luntur melihat kehadirannya. Ia masih membeku
didepan pintu. Mungkin karena melihatku saat ini. Ia melakukan hal yang sama
denganku, menatap satu sama lain dan
tidak menampilkan senyum sama sekali. Ia berjalan masuk dan melepaskan
sepatunya. Aku beralih menatap sepatunya.
Masih sama seperti yang dulu, pikirku. Terulang kembali saat-saat dimana aku
bersamanya dan merasakan apa yang ingin dirasakan oleh banyak orang, yaitu
cinta.
Aku tersentak dari
lamunanku setelah sebuah suara memanggil nama wanita yang berada didepanku. Ia
yang awalnya ingin mengatakan seuatu padaku, memilih untuk menjawab suara yang
memanggilnya dari ruang tengah. Ia melangkahkan kakinya memasuki rumahku dan
aku berjalan beriringan dengannya. Kulihat sebuah jepitan rambut menempel di
rambut indahnya. Seketika kenangan itu berputar di ingatanku. Saat dulu, dimana
aku bersama dengannya menikmati udara segar di taman malam hari. Tanpa ia
sadari jepitannya terlepas dari rambutnya dan membiarkan rambutnya tergerai.
Aku menjepit kembali rambutnya agar tetap tertata rapi dan supaya ia tidak
terganggu. Ia tersenyum dengan tulusnya padaku, bersandar pada pundakku sambil
menggenggam tangannya.
Ia melihat
sekeliling rumahku, sedangkan aku memasuki kamarku berdiam diri dan menatap
nelangsa ke depan tanpa titik tumpu. Ia menelusuri rumahku dan melihat-lihat
beberapa kardus yang berisi benda-benda milikku. Menemukan sepasang robot mini
yang kembali mengingatkannya pada masa dimana hari yang bahagia terjadi. Saat
itu aku dan dirinya membeli sebuah robot yang akan menjadi kenangan seperti
saat ini. Bahkan robot itu tampak usang dengan beberapa bagiannya yang sudah
rusak. Sama sepeti kisah kami yang sudah rusak dan hanya menyisahkan kenangan.
Kemudian, dia hanya menatap benda usang itu dan meletakkannya kembali seperti
tidak menginginkannya lagi. Kakinya membawa dririnya berjalan menuju dapur, memperhatikan
beberapa benda disana dan kemudian memutar keran air untuk mengentikan air yang
menetes sedari tadi. Ia segera melangkahkan kakinya ke ruang tengah supaya
kesepakatan ini cepat berlalu.
Aku melangkahkan
kakiku keluar untuk mencari keberadaan mereka dan membicarakn hal yang
seharusnya bagian dari kesepakatan. Bisa kulihat wanita yang pernah mengisi
hatiku sedang mencoba menggeser beberapa kardus yang menghalangi jalannya,
karena tujuannya saat ini menuju ke sebuah jendela besar disana. Dia ingin mengukurnya.
Ia terus berusaha dan tampak kesulitan hingga tanpa sengaja menjatuhkan barang
milikku. Aku segera berlari kearahnya. Kulihat hampir seluruh benda didalamnya
keluar dan berserakan memenuhi lantai disekitarnya. Aku mencoba memasukkan
benda-benda milikku kembali bersama dengan bantuannya, hingga menyisihkan satu
benda besar dengan foto kecil yang terselip disana. Tanganku meraih foto yang
terselip diantara sebuah buku coklat tua yang cukup berdebu itu diikuti oleh
tangannya yang menyentuh tanganku. Aku menatapnya cukup intens hingga akhirnya
ia tidak nyaman dan menarik tangannya. “aku hanya ingin mengambilnya, dan tidak
bermaksud” begitulah ucapnya padaku.
Cukup lama kami
berada diposisi itu dan tidak melakukan pergerakan sama sekali. Aku yang masih
berlutut karena masih memilih untuk membersihkan kekacauan yang dilakukan
wanita didepanku. Sedangkan ia hanya menatap ku tanpa ada inisiatif untuk
membantuku. Ia hanya terdiam membatu ditempatnya hingga aku menyelesaikan
tugasku. Aku segera berdiri dan mencoba menatapnya kembali. “maafkan aku”,
itulah ucapan terakhir yang keluar dari bibir nya. Aku tidak memberikan respon
apapun padanya. Ia menegakkan kepalanya dan beralih menatapku. Tatapanku
tertuju pada sebuah jepitan kecil yang
melekat pada rambutnya. Ia melihat tatapanku yang mengarah kesuatu
titik. Ia lalu melepaskan jepitan rambut yang sebelumnya melekat pada rambutnya
dan meletakkannya pada kardus milikku.
Tidak ada kata
sama sekali. Hingga ia melangkahkan kakinya meninggalkan diriku. Aku menatap
benda itu, dan kembali menatap kepergiannya untuk yang kedua kalinya. Cukup
merasakan sayatan tajam pada hatiku, melihatnya yang begitu dingin saat ini.
Aku kembali mengingat dirinya yang selalu memberikan senyuman manisnya padaku
dan menatapku dengan hangatnya. Apakah ia akan meninggalkanku lagi, tanyaku
dalam hati. Aku berinisiatif untuk mengejarnya. Masih dapat kulihat ia berjalan
tidak jauh dari rumahku.
“ yura “ teriakku. Ia masih tidak menghentikan langkahnya. Hingga aku
memanggilnya untuk kedua kalinya.
“ yura, berhenti. Tunggu “ “yura” ia tetap menghiraukan suaraku dan
terus berjalan.
Aku berlari dan menarik tangannya supaya ia mau mengentikan langkahnya.
Ia masih enggan menatapku hingga tanganku mengangkat dagunya. Ia menatapku dan
seperti mengharapkan apa yang aku katakan padanya selanjutnya. Aku memeluknya,
namun bisa kurasakan dirinya yang tidak membalas pelukanku. Dapat kukatan bahwa
ini pelukan sepihak. “ maafkan aku, mari kita mulai dari awal “, itulah ucapku
padanya. Ia hanya tersenyum miris dan berkata “ maafkan aku “.
Aku mengharapkan hal lain akan diucapkan oleh wanita didepanku. Hingga akhirnya ia membuka kembali suaranya “ maafkan aku,
aku harus pergi sekarang “. Ia melepaskan genggaman tanganku dan berjalan
menjauh dariku untuk kedua kalinya.
BY : MEGA SARAH OCTAVIANI
Related Posts